"beku. serasa ampas ini menghambat nadiku, merendahkan sistole ku.
sehingga racun dalam tubuhku cepat bergerak.
ku ingin berteriak. tidaaaaak"
"ku anggap kau serbuk gula,
yang aku sendiri menanggap diriku sebagai kopinya. iya.
coffee tak akan manis tanpa adanya gula. demikian aku"
"semacam coffee yang penuh dengan ampas di permukaannya. dan saat menyeruputnya. iya. pahit. demikian hari ini."
"langkahku terhenti.
terkenang redup lampu di sudut desa.
bohlam ber-daya-tegang rendah itu mengingatkanku.
betapa sederhananya cinta kita dahulu."
"langkahku terhenti.
terkenang redup lampu di sudut desa.
bohlam ber-daya-tegang rendah itu mengingatkanku.
betapa sederhananya cinta kita dahulu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar